Ekpedisi Seru ke Desa Penambang Emas di Pasirmukti, Tasikmalaya.


Ekpedisi Seru ke Desa Penambang Emas di Pasirmukti, Tasikmalaya.



Perjalanan selama 3 hari di Tasikmalaya. Melakukan survey awal ke penambangan emas. Membawa berkah serta pelajaran berharga bagi ku. Kini, biarkan Aku menceritakannnya padamu.. 

31 Juli 2018 
Tepatnya hari Rabu, sebelum terik matahari berada di puncaknya, Aku beserta beberapa Dosen lainnya yang tergabung dalam 1 tim PKM Dosen, berangkat pagi itu dari Kampus Unpad Jatinangor dengan mengendarai sebuah mobil. Perjalanan menuju Kota Tasimalaya, setidaknya membutuhkan waktu selama 4 jam. Padatnya jalan dengan kendaraan yang hilir mudik, membuat perjalanan Kami sedikit tersendat.
Beruntung, Kami sampai pada tujuan sebelum matahari menyising. Disinilah tempat Kami akan menginap selama 3 hari kedepan, hotel Horizon namanya. Hotel yang Aku lihat sekilas terlihat nampak mewah dan menggangumkan, berkat segala fasilitas dan pelayanan yang ‘wah’ didalamnya.  Kami lalu memesan 2 kamar untuk ditempati. Aku dengan Dosen muda, yaitu Bu Fitri bersama-sama menempati kamar yang sama. Kebetulan kamar kami terletak diatas, sehingga saat membuka jendela kami dapat melihat indahnya kota Tasik dengan hamparan gunungnya dimana-mana. 
Jam masih menunjukan pukul setengah 4 sore, terlintas di benak salah satu Dosenku, Bu Fitri untuk mengajak berjalan-jalan di kota Tasikmalaya. Katanya ‘’mumpung berada di Tasik, kenapa enggak dimanfaatin buat jalan-jalan dan berwisata kuliner’’. Aku lantas menjawab dengan anggukan, sebab Aku pun senang bejalan-jalan dan makan-makan. Hehe 
Sore itu, kota Tasikmalaya terlihat ramai. Destinasi pertama Kami adalah objek wisata Karang Resik, itupun berkat hasil pencarian kami melalui Google demi mencari tempat hits, murah, dan terdekat dari lokasi kami berada. Tak perlu menunggu waktu lama, Kami pun bergegas berangkat dengan memesan grab, namun amat disayangkan Kami berada disana saat tempat wisata tersebut akan ditutup, satu jam lagi kurang lebih. Tak ingin melewati kesempatan yang ada dan terlanjur sudah membeli tiket masuknya, akhirnya Kami memaksimalkan waktu yang masih tersisa untuk menyusuri tempat wisata ini. Ada beberapa spot yang menarik perhatian kami untuk berfoto ria, diantaranya tulisan ‘Karang Resik’’ yang menyala dengan warna-warna yang cantik, replika 2 ekor Gajah besar yang berdiri gagah, susunan bambu yang melengkung indah menyerupai atap, jembatan warna-warni yang menarik mata, dan pinggir sungai eve yang menawan. Sebenarnya masih banyak spot dan wahana lainnya yang menarik disini, namun karena tidak cukupnya waktu dan sudah banyak wahana yang tutup, memaksa kami tidak melanjutkan destinasi di Karang Resik lebih jauh. Ohya, didalam tempat wisata ini yang letaknya berdekatan dengan sungai terdapat Café dengan banyak lampion-lampion kecil, sehingga menampilkan konsep yang romantis. Untuk sesaat kami mampir kedalam Café ini karena tempatnya yang menarik. Saat itu Aku memesan 1 cangkir Thai teh hangat dengan burger keju, suasana semakin syahdu sebab kami diringi oleh alunan musik yang juga romantis di Café tersebut. Malamnya, perjalanan kami tidak berakhir. Bersama dengan kawan lama Bu Fitri mengendarai mobil beroda empat, kami menjelajahi kota Tasikmalaya lebih jauh. Melewati jalan besar dan gang-gang kecil, kami kemudian mampir ke dalam sebuah café yang katanya baru saja dibuka. Aku lupa dengan nama cafenya, namun Aku ingat persis bagaimana suasana di café tersebut. Dengan menampilkan konsep seperti taman dengan berlatar warna putih, café ini sukses membuat Aku takjub melihatnya. Kursi & mejapun ditata seperti ayunan, sangat menawan. Sedangkan menu yang ditawarkan disini kebanyakan merupakan camilan yang mengenyangkan. Malam itu, kami habiskan untuk saling berbincang-bincang. Pulangnya kami tidak lupa membeli wedang ronde dan membawa  martabak Ramayana, yang merupakan salah satu camilan terkenal di kota ini. 

01 Agustus 2018 
Keesokan harinya, yang ditunggu-tunggu.
Perjalanan baru Kami pada hari ini dimulai (Aku berserta ke tiga Dosen lainnya). Setelah meminta izin kepada Kepala Desa, kami berbegas menuju lokasi pertama, yaitu pertambangan emas Pasirmukti. Untuk sampai disana Kami harus menaiki mobil Colt Bak, sebab medan perjalanan yang akan Kami lalui penuh dengan kelokan serta jalan yang curam. Ini pengalaman pertama Kami menaiki Colt Bak. Sungguh menyenangkan ! Sepanjang perjalanan kami membuat vlog dengan latar belakang pemandangan yang serba hijau oleh pohon-pohon.

[Berbekal keyakinan dan keberanian]
Emas yang Kamu lihat di toko emas, pernahkah Kamu bayangkan bagaimana mendapatkan bahan bakunya ?
Kamu bahkan Aku, mungkin tidak akan membayangkan bagaimana proses pembuatan emas terjadi, sebab membutuhkan proses yang sangat panjang dan penuh resiko. Bahkan nyawa bisa menjadi taruhannya! 
Jika Kamu sering atau pernah melihat salah satu tontonan dengan judul ‘’Orang Pinggiran’’ atau ‘’Jika Aku Menjadi’’ yang ditayangkan pada salah satu stasiun televisi, Kamu pasti menyaksikan getar-getirnya perjalan hidup mereka demi menyambung hidup. Mungkin Aku menjadi salah satunya yang merasa beruntung karena dapat merasakan secara langsung apa yang digambarkan pada kedua tayangan tersebut. 
Sesampainya dilokasi, Kami melakukan survey awal dengan melihat kondisi daerah penambang serta melakukan sedikit wawancara. Ada beberapa pekerja yang kami temui dan kemudian kami ajak untuk berbincang-bincang.   
Mula-mula penambang harus menggali lubang yang memiliki potensi kandungan emas, dengan kedalaman 30 - 60 meter sampai menemukan jalur atau urat emas tersebut. Dengan keyakinan dan keberanian penambang memasuki lubang tersebut, hanya dengan berbekal tali tambang sebagai pengaman, lampu senter dikepala dan blower sebagai alat bantu pernapasan. Dengan berbekal peralatan tersebut, penambang dapat bertahan didalam selama 12 jam ! 
Setelah menggali batuan yang diperkirakan terdapat kandungan emas, para penambang akan kembali ke atas. Prosesnya tidak sampai disini. Batuan yang mereka dapatkan harus diolah melalui proses pencucian dengan air raksa yang memiliki kandungan berbahaya, sampai pada tahap penumbukan dan melihat satu persatu batu yang telah dihaluskan (dinamakan proses rental). Proses memakan waktu hingga satu minggu, sebelum benar -benar menjadi emas murni dan dijual melalui pengepul emas.
Dari semua resiko dan proses yang panjang, mereka hanya diupah dengan uang 5.000 perhari. Terkadang uang dengan nominal tersebut, bagi Kita tidak akan cukup. Bagaimana dengan para pekerja yang menghidupi keluarga mereka dengan penghasilan demikian. Disini Aku belajar untuk bersyukur dengan apa yang Aku dapatkan selama ini.

02 Agustus 2018
Hari terakhir Kami di Kota Tasikmalaya, masih di desa Pasirmukti untuk melakukan observasi dan wawancara terakhir. Pada hari ketiga ini kami menemui pengepul emas mencari tahu bagaimana emas yang dikumpulkan dijual pada produsen dan berapa upah yang diberikan warga dari pengepul.
Dihari ketiga atau terakhir ini Aku pun berkesempatan untuk mengunjungi Sekolah Satu Atap Tasikmalaya yang menjadi objek sasaran dalam gerakan literasi yang akan kami bangun. Ohya penamaan sekolah satu atap ini karena sekolah ini merupakan gabungan dari SD dan SMP dalam satu atap atau bangun. Disini anak-anaknya memiliki semangat yang tinggi untuk mengejar cita-citanya, buktinya dengan banyaknya anak-anak yang rela berjalan jauh hingga 4 jam lamanya untuk pergi ke sekolah setiap paginya. Namun sayang, masih minimnya fasilitas sekolah yang terdapat disini, salah satunya tidak memilki Perpustakaan Sekolah menyebabkan kurangnya bahan bacaan bagi Siswa/i. Nah, alasan terbesar kami memilih sekolah ini karena ingin mengedukasi generasi mudanya agar dapat sadar akan lingkungan sekitar, terutama mengetahui bahaya dari limbah yang dihasilkan oleh penambangan emas. Karena akan sulit memberikan arahan kepada orang tua mereka yang sudah lama berprofesi sebagai penambang emas.  
Sepulangnya dari sekolah atap kami beranjak mengendarai mobil colt bak kembali. Perjalanan tidak berakhir disini, sebelum pulang kami diajak menuju puncak gunung singkup dengan beberapa rombongan lainnya. Hmm, katanya sih sekalian acara reunian teman SMP dari salah satu Dosen ku. Ada adik kecil juga yang ikut, namanya Umay. Anaknya cantik dan juga imut. 
Jalanan semakin menanjak dan berliku, tetapi kami sangat senang karena bisa menikmati pemandangan disekitar jalan yang menyegarkan mata. Masya Allah. Sesampainya di gunung singkup, ku lihat pemandangan yang sangat menajubkan. Gunung-gunung terhampar, awan-awan biru berarakan, dan pepohonan serba hijau ada dimana-mana. Sungguh indah ! Bersyukur Aku dapat berdiri ditempat ini dan menikmati indahnya lukisan ciptaan-Nya. Tak melewatkan kesempatan ini, ku ambil posisi untuk mendapatkan momen yang pas ketika hendak dipotretkan oleh Bu Fitri. Angin yang berhembus kencang, kala itu membuat kerudung yang Aku kenakan menjadi berkibaran. Ohya sekedar informasi, gunung singkup ini juga menjadi pembatas antara kota Tasikmalaya dengan Pangandaran loh. Letak dari gunung ini juga masih berdekatan oleh rumah-rumah penduduk. Namun amat disayangkan,  bagi wisatawan dari luar yang hendak ke kamar kecil tidak bisa leluasa menggunakanya, hal ini karena warga disini masih menggunakan jamban.
Setelah puas berfoto ria, kami pun beramai-ramai menggelar tikar dan menyiapkan bekal makan siang. Menu yang disajikan pada hari ini cukup komplit. Ada ayam, petai, sambal, kerupuk dan sayur dari batang (aku lupa namanya apa, yang jelas sayur ini baru pertama kali aku makan dan rasanya cukup enak).
Tak sampai sore, Aku beserta ketiga Dosen lainnya sudah bersiap untuk kembali pulang ke Jatinangor. Perjalanan selama tiga hari di kota Tasiklmalaya, terutama di desa Pasirmukti membawa banyak hal positif bagiku. Dari awalnya hanya membantu Dosen ku dalam melaksanakan penelitiannya. Banyak pembelajaran yang Aku dapatkan, diantaranya tekad dan jerih payah dari para buruh tambang emas untuk menyambung hidup yang patut diancungi jempol, namun amat disayangkan kekurangpahaman mereka akan bahaya yang mengacam jiwa dan lingkungan tempat mereka tinggal, menjadikan pekerjaan mereka tersebut dinilai sangat berisiko dan perlu ditindak lanjuti dengan adanya pengedukasian ataupun pemberian lapangan kerja baru bagi para butuh tambang. Dan selain itu, secara tidak terduga, ternyata pengalaman baru kerap Aku temui selama berada ditempat ini. Mulai dari pengalaman mengunjungi tempat yang asing dan bertemu dengan orang-orang baru yang tidak akan terlupakan dalam ingatanku.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resume Buku Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa

Ampuh ! 7 Cara Sederhana Temukan Bakat Kamu dalam Sekejap.